Irisan dan Doa. Ya Allah kabulkanlah..

Satu hal yang mengiris tiap kali berbincang dengan pasien yang sakit adalah karena kadang saya melihat diri saya di sana. Apalagi sebagai dokter yang hampir 75 % mereka yang datang dan percaya pada saya adalah lansia. Saya melihat hidup yang rapuh. Masa jaya yang akhirnya harus mengalah pada proses degeneratif. Tapi terkadang proses ‘melihat’ masa depan itu tak terlalu sakit.

Tapi ketika datang hari bersejarah saat satu hari saya harus merawat hampir 300 pasien poli jantung dalam 20 jam, maka irisan itupun sangat terasa.

Adalah salah saya karena memilih menutup praktek minggu kemarin dan minggu depan. Dan jadilah Sabtu 28 Maret 2015 ini saya diberi Allah ujian harus membuka poli sejak jam 8 pagi hingga jam 21 malam di RS DKT Purwokerto, lantas melanjutkan jam 22 hingga jam 4 pagi minggu dini hari tadi di RS Harapan Ibu Purbalingga. Betapa Allah sangat sayang pada saya dengan memberikan irisan itu.. Mengingatkan saya pada hidup yang tak abadi. Sekaligus terharu karena kesetiaan puluhan lansia yang tersenyum lega saat nama mereka dipanggil. Juga seruan, ‘Alhamdulillah..’ ketika mereka memasuki ruang praktek, lantas doa mereka, ‘Mugi2 Pak dokter diparingi sehat..’ saat melihat mata saya yang kadang sayu.

Saya selalu ingin menangis saat mendengar ucapan itu..

Matur nuwun sanget pada Ibu2 dan Bapak2 sepuh yang rela menunggu berjam-jam, menghabiskan siang atau malamnya untuk sekadar 5 menit bertemu saya.. Matur nuwun sudah merasa sayang pada saya..

Semoga Allah memberikan kesehatan pada Ibu2 dan Bapak2 semua.. Amin ya rabbal alamiin…

Kabulkanlah doa kami ya Allah, dan sehatkanlah saya agar dengan cara ini bisa Kau ringankan beban hamba di akhirat nanti..