Buah Hatiku..

Satu hari kalian akan dewasa dan memiliki hidup kalian sendiri. Kalian akan berbeda satu sama lain. Tapi selalu ingat ya sayang, kalau kalian bersaudara.. Sejauh-jauhnya kita mengembara, pulangnya pada keluarga jua..

Dunia ini semu. Apa yang kita lihat tak seperti yang sebenarnya. Jadi jangan pernah bertengkar karena dunia. Apapun itu.

Seperti Bapak bilang, kita semua ini tertutupi dari kebenaran yang sesungguhnya. Kita menganggap  pujian orang lain itu perlu, sekolah favorit itu keren, karir bagus itu penting, uang banyak itu utama.

Tapi malaikat Bapak dan malaikat kalian sudah menulis kalau hari ini Bapak pernah berpesan, “Satu ucapan tasbih, tahlil, tahmid, dan sujud kalian itu lebih baik dari semua harta, pujian atau apapun bagian dari dunia”.

Kecuali dunia yang kalian gunakan untuk kebaikan menuju Allah..

Setiap jasad yang sudah dimakamkan, andai bisa bangun dan kalian tanya, apa yang ingin mereka lakukan sekali lagi, apa jawabnya Nak? Kalian tahu jawabnya..

I love you, all of you..
Take care each other. As always.
Semarang, 25 Agustus 2020

Bapak selalu sayang kalian..

Sajak Tentang Hujan Ribuan Tahun

Hujan.
Bau tanah yang disentuh air langit.
Itu pula yang akan menyusupi lubang hidungku
ribuan
tahun nanti.
Sambil menunggu tiupan Isrofil.

Sepi.
Tiada dikenal. Entah siapa mengenang.
Itu pula yang akan kurasa
ribuan
tahun nanti.
Sembari menanti terompet Israfil.

Rusak.
Wadag tak lagi utuh. Kepingan selku tak bertuan. Itu pula yang akan hilang
ribuan
tahun nanti.
Sampai Isrofil bangun lagi.

Bahagia.
Rasa kangen ingin bertemu dengan Cintaku. Cahaya di atas Cahaya. Itu pula yang akan kurasa
ribuan
tahun nanti.
Sampai Kau menemui aku.

Agustus, 2020.

Masjid Kendal, Agustus 2020

Apapun yang Kita Dapat Hari Ini, Itu Lebih Baik dari Ventilator yang Menggerakkan Paru

Pagi ini seorang wanita 30 th, dikonsulkan kepada saya di ruang isolasi ICU.
Ia belum pernah sakit apapun kecuali masuk angin. Persis seperti kita. Kata temannya,  ia sekuat besi baja. Minggu lalu ia masih jalan-jalan. Mungkin ngemall bersama teman-teman.

Tapi dalam 3 hari ini paru-parunya memutih. Swabnya positif. Ia harus masuk dalam mesin ventilator.
Dan ditidurkan.
Akankah bertahan?
Akankah ia bangun, lantas seperti adegan film bertanya, ‘Aku dimana?’

Mengapa ia yang terjangkit Covid? Kenapa bukan kita?
Entah.

So, apapun yang kita dapat hari ini, itu masih lebih baik daripada ventilator yang menggerakkan paru.

Setiap hari adalah anugrah.
Setiap hari adalah keajaiban.

Mari jalani hari ini dengan baik.
Menjadi orang baik.
Bersyukur, berbagi, tersenyum dan bahagialah..

Salam hangat dari saya,

Juli 2020

Dr M. Yusuf Suseno SpJP
@yusufsusenospjp

Note : Akhirnya setelah perawatan hampir 1 bulan, beliau meninggal dunia kemarin di awal Agustus Inna lillahi wa inna ilaihi rajiuun..

Amal Terbaik

“Amal yang tidak kausadari” adalah amalmu yang kau yakini dibimbing dan kau lakukan hanya atas kebaikan Allah. Bahwa dengan segala dosa dan keburukan hati ternyata Allah masih menakdirkan kau melakukannya. Saat itu kau sungguh yakin bahwa tanpa Allah, niscaya amal itu tidak akan kau lakukan.

“Amal yang tidak berarti di matamu” ialah amal yang tidak kaujadikan sandaran untuk meraih sebuah keinginan, seperti keinginan untuk bisa sampai kepada Allah dan dekat dengan-Nya atau keinginan mendapatkan derajat dan kedudukan tinggi, atau surga sekalipun.
Bahkan, kau masih memandang amal itu kurang sempurna dan tidak terbebas dari cacat yang membuatnya sulit diterima Allah.

Disadur dari Al Hikam oleh Syaikh Ibnu Atha’illah, dg syarah Syaikh Abdullah Asy-Syarqawi Al Khalwati.

Tentang Mati

Pertanyaan. Sudah cukupkah bekal?

Dzulhijjah yang Berbeda

Setahun.
Dzulhijjah yang berbeda.


Tujuh tahun.
Hidup yang tak lagi sama.

Sugeng tindak Bu Kartisah..
Pasien setia saya bertahun lama.
Insha Allah khusnul khatimah.

Mekah 2019-2020
Purwokerto 2013-2020

Tentang Hidup

Berapa kali seharusnya kita mati kalau dari kacamata akal manusia? Berapa kali Allah menyelamatkan dari maut dan memberi kesempatan lagi?

Nikmat Mana yang Kau Dustakan?

Minggu kemarin, di hari yang agak sibuk, saya melakukan pemeriksaan echo pada seorang Ibu hamil. Beliau berjilbab.
“Ibu, kita mulai ya..”

Sambil memeriksa saya bertanya pada perawat. “Rujukan dokter siapa ya mbak?” “Dokter A Dok,” menyebut seorang kolega ahli Bedah Tumor.

Kening saya berkerut. Lho, bukannya Ibu ini hamil?

“Ibu hamil? Berapa bulan?”tanya saya.
“Iya Dok. Ini 9 bulan.”
“Putra keberapa?”
“Pertama Dok.”
“Lho, kenapa ke dokter A?”
“Iya Dok. Ini mau kemoterapi. Tahun lalu sdh mastektomi, tapi kambuh. Hasil PA kemarin ganas. Nanti setelah seksio langsung kemo.”

Saya terdiam.
Sunyi.
Cuma detak jam di dinding.

Kulihat tanggal lahir di layar. Tahun 1995. Ternyata usia sang calon Ibu masih 25.

Saat itu terasa kalau hidup saya yang kadang terasa berat, ternyata tak ada apa-apanya.
Ada yang jauh lebih berat. Dan saya jauh dari rasa syukur..

Setelah diam yang lama, cuma ini yang bisa saya ucap,
“Ibu yang sabar nggih Bu.. Insha Allah semua akan baik2 saja..”

Smg, Agustus 2020

Allah Maha Memelihara

Kita sering kuatir nanti kalau kita mati nasib anak, istri atau suami, dan nasib pasien2 kita bagaimana. Kata Guru, itu tanda tauhid yang masih kelas rendah. Bahkan di sana tersirat kesombongan seorang makhluk di hadapan Yang Maha Memelihara.

Dunia akan tetap jalan meski kita mati saat ini juga.
Kita ini nggak ada artinya bro!
Dan Allah masih dan akan selalu merawat makhluk-makhlukNya. Termasuk keluarga, pasien2, dan siapapun yang kita kuatirkan kalau kita menemui ajal.

Bahkan bisa saja mereka mendapat bapak yang lebih baik, istri atau suami yang lebih baik, juga dokter yang lebih baik.

Urus saja apa yang harus kita urus menghadapi mati yang pasti.
Itu saja.

Lik Juli, 14 Agustus 2020.

Nikmat Secangkir Kopi

Kata Guru saya, ingatlah Allah saat apapun, termasuk saat ngopi di pagi hari.

Kalau Anda nggak suka kopi, ya ingatlah Allah pas menikmati secangkir teh,  semangkuk bakso panas, menggendong anak, mengunyah permen, atau pas nonton sepakbola di TV.

Bahkan ingatlah Allah paska lega melepas hajat dengan sangat tuntas di WC umum. Bayangkan kalau Allah nggak mempertemukan kita dengan WC umum itu, bisa-bisa kita ngompol di celana!

Ingatlah Allah saat sehat, saat diberi nikmat, meski nikmat itu seakan tak bermakna karena kita terlalu sering mendapatkannya. Termasuk nikmat masih bisa bernapas tanpa ventilator.

Kalau kita ingat Allah pas sudah stroke, lantas kalau makan atau BAB harus dibantu, atau saat bernapas sudah memakai selang oksigen, itu kelasnya rendah sekali. Karena memang sudah seharusnya kita ingat Allah pas kondisi menunggu maut seperti itu.

Tapi ingat Allah, apalagi dengan perasaan super bahagia saat kita diberi nikmat sekecil apapun, itu yang keren.
Sangat keren.

m.y.s