Tulisan-tulisan yang laku dan dimuat di media, juga tulisan tak laku saat belajar menjadi daun. Semua yang tertulis adalah pendapat pribadi, bersifat bebas, dan tidak mewakili serta terkait dengan institusi apapun. Setiap jawaban konsultasi tidak menggantikan pertemuan dengan dokter.
Malam ini, aku kembali mendengarkan lagu lama itu di sebuah resto yang hampir setahun tak pernah kutengok.
Entah kenapa tadi Cinta dan Lintang mengajakku ke sana.
Dan ia, gitaris di Lumbung yang tak kutahu namanya itu masih menyanyikannya seperti bertahun lalu.
Mencabik. Menyayat. Memotong hatiku hingga entah jadi apa.
Hmm… Little Wing, by Jimi Hendrix.
“Little Wing”
Well, she’s walking through the clouds,
With a circus mind that’s running wild,
Butterflies and Zebras,
And Moonbeams and fairy tales.
That’s all she ever thinks about.
Riding with the wind.
When I’m sad, she comes to me,
With a thousand smiles she gives to me free.
It’s alright, she says it’s alright,
Take anything you want from me,
Anything.
Fly on little wing.
Malam sudah turun, tanpa gerutu dan tanpa siasat. Seperti jala hitam yang mengepung kota; seperti segalon tinta yang ditumpahkan seekor cumi raksasa ke seluruh permukaan Jakarta. Seperti juga warna masa depan yang tak bisa kuraba.
Paragraf pertama novel Leila S Chudori itu membawaku pada masa lalu. Tentang Eyang Soesatyoku. Juga tentang masa depanku yang seperti juga ia, tak bisa kuraba..
Tapi kurasa, tidak hanya Hananto yang dijemput di April 1968 itu. Tidak juga Eyang Soesatyoku. Hampir semua kita tak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Gelap seperti malam yang dikepung jala hitam, ditumpahi segalon tinta dari seekor cumi raksasa..