Jawaban atas Pertanyaan : Kenapa Aku Menjadi Cardiac Intervensionist?

Sebenarnya apa yang terjadi dalam dunia kita ini? Ketika kebenaran hanya menjadi milik sebagian orang. Dan kita terbagi menjadi dua belahan dunia. Kau dan aku. Bila tak bersamaku. Kau bersama mereka.

Pikiran tentang cuaca di tanah air itu bahkan terbawa hingga aku di sini. Di Paris EuroPCR 2017. Tempat berkumpulnya ribuan ahli jantung intervensi dari berbagai belahan dunia.

Aku bersyukur, di sini aku masih melihat banyak orang yang sangat antusias menyelamatkan nyawa manusia. Meski tetap saja ada orang-orang yang hasrat utamanya adalah mencari uang. Sedang yang lain mencari popularitas. Sebagian yang tersisa mencari hidup yang lebih berarti. Lebih bermakna.

Aku? Lantas kenapa aku menjadi cardiac intervensionist?

Aku ingat pertanyaan Prof Iwan, dokter Budi Bakti dan dokter Yudi Her sekian tahun lalu saat aku masih menjadi residen. Kenapa kau ingin menjadi seorang pemanjat Suf? Kenapa? Hmm. Jujur, mungkin semua alasan di atas itu bercampur baur dalam diriku. Berpilin.

Ada rasa senang karena aku bisa menghidupi keluargaku dari pekerjaan ini. Tapi yang lebih membahagiakan adalah ketika seorang Ibu sepuh yang pernah kupasang stent berkata sambil menahan tangis saat pamit dan menyentuh tanganku. “Dokter yang sehat ya, saya masih butuh Dokter..” Ah momen itu tak tergantikan. Terima kasih Bu.. Terima kasih sekali…

Satu hal, mungkin aku juga ingin dunia yang tak terbelah. Aku tak memandangmu sebagai Islam atau bukan. Aku tak bertanya kau mendukung Ahok atau mencercanya. Aku tak pernah bertanya kau akan membayarku dengan daun atau dengan uang.

Kalau kau sakit, semampuku aku akan menolongmu wahai saudaraku. Menyelamatkan nyawamu.

Itu janjiku.

Paris, Mei 2017