Entah kenapa pagi ini aku merasa sangat kesepian.
Kulihat rak buku, kubaca ulang kumpulan cerpen Seno Gumira Ajidarma, Sepotong Senja Untuk Pacarku, yang kubeli hampir 10 tahun lalu.
Dan tanpa kusadari ia membuatku makin terpuruk. Tenggelam dalam cahaya keemasannya, yang meski indah membuatku makin merasa sendiri. Membuatku teringat pada satu masa.
Mungkin juga karena hari2 ini aku harus memutuskan sesuatu. Memutuskan untuk diam atau melangkah. Dengan segala konsekuensinya. Padahal kadang segalanya tampak kabur. Sangat kabur..
Dieu, please help me..
Please….
Apapun yang terjadi, Tuhanku, tolong jangan jadikan aku dalam golongan orang2 yang menyerah.. Jadikan aku orang yang berdiri hingga batas akhir waktu…
Amin.
Sepotong Senja Untuk Pacarku ( by SGA)
Alina tercinta,
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?
Seperti setiap senja di setiap pantai, tentu ada juga burung-burung, pasir yang basah, siluet batu karang, dan barangkali juga perahu lewat di kejauhan. Maaf, aku tidak sempat menelitinya satu persatu. Mestinya ada juga lokan, batu yang berwarna-warni, dan bias cahaya cemerlang yang berkeretap pada buih yang bagaikan impian selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan.
Kukirimkan sepotong senja ini untukmu Alina, dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh, karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata.
Sudah terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa. Aku tidak akan menambah kata-kata yang sudah tak terhitung jumlahnya dalam sejarah kebudayaan manusia Alina.
Untuk apa? Kata-kata tidak ada gunanya dan selalu sia-sia. Lagi pula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-katanya sendiri. Sebuah dunia yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti artinya. Setiap arti bisa diubah maknanya. Itulah dunia kita Alina.
Kukirimkan sepotong senja untukmu Alina, bukan kata-kata cinta. Kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam ke balik cakrawala.
Baca lebih lanjut
Filed under: perjalanan | Leave a comment »