comfort zone

hari ini seorang kawan menawarkan sesuatu padaku.
sesuatu yang kadang kupikirkan, terutama saat perjalanan terasa berat dan melelahkan.
beberapa teman menyebutnya sebagai zona nyaman atau comfort zone.

tawaran itu membuatku jadi bertanya, siapkah aku untuk berhenti berjalan? berumah, membesarkan anak dan kata sebagian orang : berbahagia? beranikah aku melupakan mimpi2ku?
tapi, ini pertanyaan yang sering mendera pula,  sungguhkah mimpi2 itu, sesuatu yang kadang terasa samar, benar2 berarti?

aku jadi ingat satu paragraf dalam the alchemist-nya Paulo Coelho : Baca lebih lanjut

mati

malam ini aku banyak berpikir tentang mati. dan entah kenapa aku sering sekali merasa kalau mati terasa begitu dekat padaku.

dan seperti malam ini, saat pikiran itu datang, betapa aku ingin merebahkan diriku, menarik diri dari seluruh petualangan dan berhenti di sebuah tempat yang nyaman.
sekadar melihat anak2ku tumbuh, sembari menunggu izrail di sebuah bukit, di bawah pohon rindang pada suatu sore yang cerah berangin..

ah, betapa tiap hari adalah keajaiban. betapa tiap hari adalah anugrah..

Kutukan Askeskin(Jawa Pos, 14 Agt 2007)

oleh M. Yusuf Suseno

Membaca kolom jati diri di lembar Opini Jawa Pos tentang mark up klaim Askeskin memaksa saya berkaca pada diri sendiri. “Ini sungguh-sungguh perbuatan yang tidak manusiawi. Ini perbuatan yang perlu bersama-sama harus dikutuk sekeras-kerasnya.”(Jawa Pos 7/8/07)

Pertanyaan pertama yang segera timbul di benak adalah, apakah saya termasuk yang dikutuk oleh redaktur tersebut dan pembacanya, dan karenanya harus segera meruwat diri agar tak terkena imbas kalimat sugestif itu?

Saya melirik sepasang bolpoin yang tergeletak di meja, ia bertuliskan salah satu jenis obat yang pernah saya resepkan. Salah satu obat berharga mahal yang dulu sempat disediakan Askeskin, dan kini tidak lagi karena dianggap tak efisien. Meski mungkin tak termasuk mark up, apakah saya bisa dianggap mencari keuntungan pribadi dari dana untuk kaum dhuafa ini? Perlukah bolpoin itu saya buang untuk menghindari kutukan Askeskin? Baca lebih lanjut

Askeskin, Pembelajaran Menjadi Kaya (Jawa Pos 18/7/07)

oleh M. Yusuf Suseno

Ada seorang pejabat desa yang tengah bingung karena sebagian besar warganya meminta kartu Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin) untuk berobat gratis. Padahal, ada di antara mereka yang menurutnya cukup mampu dan tidak bisa dibilang miskin. Apa yang harus dilakukannya? Akhirnya, ia membuat dan memfotokopi beberapa lembar pengumuman, menempelnya di seluruh penjuru lingkungan desa. Bunyinya sederhana. Dicari : Warga Miskin untuk mendapatkan kartu Askeskin. Syarat dan ketentuan berlaku. Baca lebih lanjut

Aborsi, Menutup dan Membuka Pintu(Jawa Pos, 22 Juni 2007-salah satu tulisan favoritku)

oleh dr. M. Yusuf  Suseno

Berita tentang penahanan kembali seorang dokter akibat praktik aborsi ilegal di Surabaya membuat saya teringat kejadian beberapa tahun lalu. Malam itu, seorang perempuan berusia tiga puluhan tahun yang terlambat haid dua bulan datang ke ruang gawat darurat Puskesmas tempat saya bertugas sebagai dokter pegawai tidak tetap (PTT). Kondisinya begitu lemah dan pucat, kain kebayanya basah menghitam karena rembesan darah.

Jarak rumah sakit dari puskesmas tersebut sekitar 1 jam perjalanan memakai ambulans. Tapi. keluarga pasien menolak untuk dirujuk. Tekanan darahnya mulai turun, nadinya cepat dan tangannya dingin. Di sela-sela tetesan infus yang mengalir cepat, bisik-bisik para pengantar di belakang kepala mengatakan kalau ia adalah “sisa” seorang dukun penggugur kandungan dari sebuah desa di lereng gunung. Baca lebih lanjut

Rumah Sakit Tercinta(Jawa Pos, 15 Juni 2007-kudedikasikan untuk RS tempatku kini belajar..)

oleh M. Yusuf Suseno

Membaca laporan Jawa Pos tentang Royal Adelaide Hospital memaksa saya berkaca pada kondisi rumah sakit(RS) di negeri sendiri. Rumah sakit rujukan milik pemerintah Australia digambarkan memiliki suasana yang begitu tenang, ramah, dan bahkan dilengkapi fasilitas gedung sepuluh lantai yang bisa digunakan keluarga pasien dari luar kota untuk menginap.

Akhir laporan itu juga menunjukkan rasa cinta dan harapan sang wartawan yang besar terhadap RS pemerintah di Surabaya. “Alangkah mulianya jika pengelola RSU dr Soetomo juga mendirikan gedung serupa. Tentu akan bisa menghapus kekumuhan yang timbul dari keluarga pasien yang keleleran. Mungkin lebih efektif daripada menutupinya dengan membangun fasilitas-fasilitas rawat inap mewah.” (Jawa Pos, 2/6/07)

Sementara itu, tiap pagi yang tampak adalah antrean panjang pendaftar di depan loket Askes Maskin di instalasi rawat jalan sebuah RS pemerintah di Surabaya. Kadang, begitu banyaknya para pengantri hingga antrean itupun keluar dari ruangan, memenuhi pelataran parkir. Menjelang siang, instalasi rawat jalan tersebut juga begitu penuh, dan meskipun para dokter dan perawat RS sudah bersimbah keringat, toh pasien tetap harus menunggu dalam hitungan jam. Baca lebih lanjut

SIM untuk Traditional Chinese Medicine(Jawa Pos,26/05/2007)

oleh dr. M. Yusuf  Suseno

Suatu hari seorang guru besar emeritus Unair menulis keheranannya terhadap pendapat Kepala DKK Surabaya yang mengatakan bahwa surat izin praktek (SIP) dokter sama dengan surat ijin mengemudi (SIM). Menurut beliau, berbeda dengan para sopir yang bila tak punya SIM hanya ditilang, dokter yang tidak punya SIP malah dipidana, dan persoalannya jauh lebih berat dan panjang daripada sekadar sopir ditilang. (Jawa Pos 11/5/07).

Lebih berat dan panjang? Pasal 76 UU Praktek Kedokteran tahun 2004 memang mengancam para dokter yang tidak memiliki SIP dengan ancaman pidana maksimal 3 tahun penjara, atau denda paling banyak Rp 100 juta. Wah!

Di akhir tulisannya, sang guru menutup keresahannya dengan satu kalimat penjelasan yang pilu. “Sebab, derajat dokter (dianggap) lebih rendah dari sopir truk sampah…”

Ternyata kisah SIM itu juga bisa ditemukan pada cover story Jawa Pos tentang Traditional Chinese Medicine (TCM). Ulasan tentang TCM itu membuat saya bertanya, apa mereka punya SIM juga? Kalau ya, bagaimana derajat mereka dibandingkan dokter ataupun para sopir truk sampah? Atau hanya dokter yang dianggap berbahaya, sehingga perlu diancam kurungan untuk pelanggaran administratif seperti itu? Baca lebih lanjut

Anak Merokok Jangan Diancam(Intisari Mei 2007-setelah setahun menunggu..)

oleh M. Yusuf Suseno

Stop dulu niat itu. Simpan dalam relung hati terdalam dan mulai berpikir jernih. Merokok bukanlah kebiasaan buruk yang datang secara tiba-tiba. Seorang perokok dewasa biasanya sudah mulai mencoba merokok sejak usia muda. Di Amerika Serikat (AS), 90% dari perokok dewasa mulai merokok sejak anak-anak.

Data dari Central for Disease Control AS menunjukkan, satu dari lima remaja SMU yang merokok menyatakan, pertama kali menghisap rokok ketika usianya belum 13 tahun. Bahkan dari sebuah penelitian terungkap, ada yang merokok sebelum menginjak usia delapan tahun! Di AS hampir tiap hari 2.000-an anak usia belasan tahun menjadi perokok.
Memang, data tadi berasal dari AS yang memiliki jumlah penduduk hampir 300 juta jiwa. Okelah, dengan penduduk 200-an juta itu, berarti sekitar 1.000 anak per hari menjadi perokok. Bukankah angka ini cukup mengagetkan? Baca lebih lanjut

Pasien vs Dokter (Jawa Pos 11/5/07-terima kasih pada guruku, dr Jatno..)

oleh dr M. Yusuf Suseno

Apa yang dirasakan oleh seorang pasien saat mengalami efek samping obat dari seorang dokter? Bingung? Marah? Kecewa? Sedih? Hilang rasa percaya? Merasa sendiri?

Lantas, apa yang akan dilakukannya? Meminta penjelasan? Menuntut secara hukum? Ternyata setelah berbagai rasa yang campur aduk disertai ekstra opname di rumah sakit, mengambil langkah hukum adalah pilihan Ibu Lucy dan keluarga.

Sayangnya, mungkin karena merasa sudah tak ada titik temu, dokter Fatimah dan tim RS Pelabuhan Surabaya pun tak tinggal diam. Mereka balik akan menuntut Lucy atas tuduhan pencemaran nama baik.(Jawa Pos 25/4/07)
Semua peristiwa itu memang mencerminkan hubungan pasien-dokter yang unik, rumit, dan complicated. Ia tak bisa disamakan dengan hubungan antara Tukul Arwana sebagai pemilik laptop dan programmernya, dimana ada garansi dan bila perlu install ulang dengan program baru, serta jaminan service gratis selama jangka waktu tertentu. Meskipun pasien juga memberikan uang jasa, persis seperti yang dilakukan Tukul.

Karena tubuh manusia jauh lebih kompleks dari laptop. Baca lebih lanjut

Belajar Menjadi Daun

“Saya lagi nungguin suami Dok,”ujarnya pelan. Wajah manis perempuan duapuluhan tahun itu tampak kusut dengan mata cekung bergurat lelah. Sudah hampir seminggu sang suami, seorang sarjana lulusan perguruan tinggi ternama di Surabaya tak sadarkan diri dan dirawat di rumah sakit. Selain gadis muda itu, sebut saja dia Ida, tak ada seorangpun anggota keluarga lain yang mau menjenguk.
“Saya memang sendiri,” suaranya melirih. Matanya indahnya membasah saat bercerita tentang kondisi suaminya yang tanpa pernah mereka ketahui ternyata telah mencapai tahap akhir perjalanan AIDS.
“Dia baru saja lulus saat kami menikah 2 tahun lalu, dan saya tahu kalau dia bekas pemakai narkoba. Tapi saya mencintainya.” Kalimat terakhir itu membuatnya tersenyum.

Suami Ida tidak sendiri. Ada puluhan pasien AIDS yang juga dirawat di sebuah rumah sakit pemerintah di Surabaya, dan sebagian besar ada di tahap akhir perjalanan AIDS. “Selama ini suami saya sehat-sehat saja. Badannya memang agak kurus, dan sebulan ini sering sekali diare. Tapi tak ada keluhan lain. Seminggu yang lalu, tiba-tiba dia tak sadarkan diri di kantor, dan dari hasil scanning kepala ternyata ada infeksi toksoplasma di otak. Dokter curiga ia kena HIV. Dan hasil tesnya memang positif.” Bagaimana denganmu Ida? Perempuan 22 tahun ini menjawab dengan napas tertahan,”Saya juga positif.” Baca lebih lanjut

Antibiotika dan Proses Tumbuh Bersama(Jawa Pos 19/2/07)

oleh M. Yusuf Suseno

Beberapa siang yang lalu saya sempat terlibat perbincangan dengan tiga orang senior saya di kantor IDI Jatim, termasuk di antaranya ketua IDI Jatim dr Pranawa SpPD, KGH. Topiknya cukup menarik, yakni tentang masa depan dokter di Indonesia. Dalam diskusi itu sempat terlontar pernyataan dr Pranawa kalau nasib dokter Indonesia saat ini sangat mengenaskan. Dipojokkan, diikat dengan Undang-Undang Praktek Kedokteran yang beberapa pasalnya kurang rasional dengan ancaman hukuman sangat berat, bahkan, entah sengaja atau tidak, secara sistematis dilunturkan integritasnya di masyarakat.

Begitu berat beban yang harus ditanggung oleh seorang dokter di Indonesia, hingga muncul pertanyaan ironis dari salah seorang di antara dokter senior tersebut, “Mengapa ya, masih ada yang mau masuk fakultas kedokteran dengan biaya pendidikan yang saat ini juga makin mahal, hanya untuk memikul tanggung jawab sebesar itu, dengan reward yang tidak sebanding dengan risikonya?” Baca lebih lanjut

Serangan Jantung, Setelah Liburan Akhir Tahun Usai(Suara Pembaruan 7/1/07-thanks utk mbak oya..)

oleh dr. M. Yusuf Suseno

Bersyukurlah kalau Anda bisa selamat melewati liburan Natal dan Tahun Baru kemarin. Karena menurut penelitian dokter Philips yang dimuat Circulation 2004 ternyata puncak kematian di Amerika akibat kelainan jantung ada di hari istimewa umat kristiani ini, yakni Natal dan Tahun baru.

Tapi penyebabnya jelas bukan karena semata-mata tanggal 25 Desember dan 1 Januari. Buktinya adalah pola serangan jantung di negara-negara yang berpenduduk muslim. Penelitian dari Kuwait yang dipublikasikan dalam European Journal of Epidemiology bulan Maret 2006 menghasilkan data kalau angka serangan jantung di hari-hari sekitar hari Idul Fitri di sana pun meningkat tajam. Nah, bagaimana dengan liburan akhir tahun 2006 lalu di Indonesia, dimana ada Natal, Idul Adha, dan Tahun Baru? Kalau saja dilakukan pendataan yang baik, mungkin saja terjadi peningkatan serangan jantung di Indonesia.

Pertanyaannya adalah, mengapa justru di saat hari raya dan liburan serangan jantung meningkat? Baca lebih lanjut

Pingsan, Jangan Dianggap Remeh!(SUARA PEMBARUAN 10/12/2006)

oleh dr. M. Yusuf Suseno

Anda pernah pingsan? Hati-hati. Menurut sebuah studi, seseorang yang pernah mengalami episode pingsan memiliki resiko kematian akibat serangan jantung 1,3 kali lipat dari yang tidak pernah pingsan. Sedangkan apabila riwayat pingsan tersebut benar-benar karena kelainan jantung maka peningkatan risiko kematian dalam satu tahun mendatang meningkat 2 kali lipat! Nah, sekarang Anda boleh menebak, kira-kira apa komentar kebanyakan orang ketika mendengar teman sekantor digosipkan pingsan saat hendak berangkat kerja pada pagi hari?

Lima dari 10 orang mengatakan, ia pingsan karena belum sarapan alias lapar, kurang tidur, dan kecapekan. Sebagian yang lain mengira itu hanya taktik untuk mencari perhatian suaminya yang sudah lama pisah ranjang.

Satu orang berpikir bahwa itu akibat salah minum obat tidur. Dua orang terakhir mengatakan kalau itu gejala lemah jantung. Jadi hampir sebagian besar tidak memikirkan kelainan jantung sebagai masalah utama. Bagaimana menurut Anda?

Mungkin memang Andalah yang benar. Lho, kok bisa? Baca lebih lanjut

Flu Burung, Tirulah Resep Thailand(Jawa Pos, 20 Jan 2007)

dr. M. Yusuf Suseno

SUATU sore seorang Ibu dengan wajah gelisah bertanya kepada saya. “Dok, suami saya saat ini bekerja di Jakarta. Padahal Jakarta sedang diserang flu burung. Apa sebaiknya saya meminta dia pindah ke Surabaya? Bukankah Surabaya aman (dari flu burung, Red.)?”

Saya terdiam. Saya bertanya-tanya dalam hati, benarkah Surabaya aman? Siapa yang berani menjamin?

Tak ada yang bisa menjamin keselamatan Anda dari serangan flu burung di kota ini. Saya teringat seorang tetangga baik yang memelihara ayam di sudut gang kami yang sempit. Kotorannya menyebar hingga depan rumah. Sekelompok anak kecil bermain tanah di dekat kandang. Siapa yang akan memastikan kalau mereka mencuci tangan dengan bersih saat pulang nanti? Haruskah kematian datang menjemput lebih dulu dan peti mati dipaku rapat, baru kesadaran tertatih menyusul di belakang bersama barisan pelayat? Baca lebih lanjut

Jalan Keluar dari Wabah Demam Berdarah (KOMPAS JATIM 29/1/07)

oleh dr. M. Yusuf Suseno

Setiap hari pasien demam berdarah berdatangan ke tempat pelayanan kesehatan, menambah jumlah korban akibat virus RNA ini. Salah satunya di Jawa Timur. Grafik jumlah penderitanya terus naik dari tahun ke tahun. Di Indonesia sampai 22 Januari 2007 sudah ada 1500 orang terkena demam berdarah, dengan 10 pasien meninggal.(Kompas 24/1/07). Tapi alih-alih menambah dana, sebuah Pemerintah Kabupaten di Jawa Timur malah memangkas dana operasional untuk penanganan wabah demam berdarah hingga 80% lebih(Kompas 26/1/07).

Baca lebih lanjut

Dokter, Perjuangan Menjaga Nurani (Jawa Pos, 13/1/07, salah satu tulisan favoritku)

oleh M. Yusuf S

“Dok, dokter sedang jaga ya malam ini? Tolong selamatkan suami saya ya Dok. Saya percaya kepada Dokter.” Suara ibu separuh baya itu membuat saya tak bisa berkata-kata. Kami bertukar mata, dan pandangan berkaca-kaca itu memancarkan harapan, melimpahkan kepercayaan dan harapan tak terbatas. Syukurlah, Tuhan masih menolong kami.

Tapi, saat keesokan hari Jawa Pos (9/1/06) menurunkan cover story yang menelanjangi hubungan dokter dengan detailer, saya jadi bertanya dalam hati, andaikan sang ibu membacanya, akankah matanya masih memperlihatkan kepercayaan kepada dokter jaga malam nanti?

Harapan sang ibu setengah baya tadi mencerminkan tentang besarnya beban yang harus dipikul oleh seorang dokter. Tidak salah kalau sebagian berharap agar dokter, meminjam kalimat dari sebuah lagu Iwan Fals, kadang harus menjadi manusia setengah dewa. Apa yang terjadi saat harapan tersebut terbentur pada bisnis industri farmasi yang berorientasi pada keuntungan? Baca lebih lanjut

Gizi Buruk di Surabaya, Wajah Bopeng Kita(Jawa Pos 7 Feb 07)

oleh dr. M. Yusuf Suseno

Sore yang mendung. Seorang ibu berbaju lusuh bersandal jepit menggendong sosok bayi kurus di pelukan. “Siti panas Dok. Batuk pilek lagi.” Di catatan pasien tertulis kalau Siti berkali-kali datang ke klinik sosial khusus untuk kaum dhuafa pinggiran Surabaya itu dengan keluhan yang sama. Mata mungil dari wajah tirusnya menatap resah saat lepas dari gendongan sang Ibu. “Kenapa ya Dok anak saya kurus dan sering sakit?”

Jawaban pertanyaan itu sama saja dengan mengurai benang kusut kepincangan sosial di tengah masyarakat. Di satu sisi, sebagian dari kita menghabiskan malam minggu dengan antre di kedai roti untuk sepotong kue dengan harga sepuluh ribuan, atau menyeruput secangkir kopi di kafe yang kalau dirupiahkan setara dengan empat kilogram beras nomor satu. Did sisi lain seakan menjadi gambaran bagian dunia yang berbeda. Di malam yang sama, Bapaknya Siti masih mengayuh becak, berpeluh melawan kemiskinan yang menjerat untuk sekadar menghidupi kelima anaknya. Termasuk Siti, seorang gadis kecil satu tahun yang kurus dengan berat badan cuma 7 kilogram di pinggiran Surabaya. Baca lebih lanjut

Seks Poligami, dan Serangan Jantung(Jawa Pos 18 Des 06)

oleh dr. M. Yusuf Suseno

RIBUT-RIBUT di media tentang video intim anggota dewan dan penyanyi dangdut membuat seorang pasien penyakit jantung koroner (PJK) berusia 40 tahun, sebut saja Pak T, merasa risau. “Ngomong-ngomong, saya masih boleh berhubungan intim nggak, Dok?”

Karena saya tahu, bahwa dia sudah lama pisah rumah dengan istrinya, pertanyaan itu cukup menggembirakan. “Tentu saja boleh. Syukurlah, Bapak rujuk lagi dengan istri?”

Dia tersenyum. Tubuhnya condong ke depan. Suaranya lirih saat balik bertanya, “Kalau memang boleh, supaya aman bagi jantung saya, apa harus dengan istri, Dok?” Baca lebih lanjut

Si Kecil yang Tersandera HIV(Jawa Pos, akhir Nov 2006)

Gadis kecil itu melambaikan tangan, mencoba tersenyum pada seorang teman yang datang mengantar saya. ”Dada..” dia bergumam lirih di sela bau apek dan amis yang memenuhi udara kamar.
”Halo,” saya menyapa memperkenalkan diri. Tak seperti tadi, kini tangan kecil kulit keriputnya tak mau bergerak. Mata cekungnya menatap tajam. Bening bola mata itu terasa mengiris hati. Kaki tinggal tulang dibalut celana yang kebesaran bergerak pelan di atas tempat tidur.

Dia baru 2,5 tahun. Dia sedang berjuang melawan AIDS. Jangan berpikir kalau gadis kecil itu, sebut saja Sumi, tinggal di Jakarta, Papua, atau bahkan Afrika yang dikenal sebagai daerah endemis HIV/AIDS. Sumi lahir dan hidup di Surabaya, di daerah pinggiran kota yang padat dan kumuh. Lebaran kemarin ia tak sempat pergi berlibur ke rumah neneknya seperti anak-anak lain karena Sumi begitu kecil, tergolek rapuh. Baca lebih lanjut

Yayasan Jantung Indonesia Itu Apa Dok?(Juara 3 Lomba Tulis Artikel HUT YJI ke-25 tahun 2006)

Seorang Bapak berusia 45 tahun, sebut saja Pak Sukur, memang sangat bersyukur karena berhasil bertahan dari sebuah serangan jantung yang luas. Pada hari kelima opname di sebuah rumah sakit pemerintah tempat saya belajar dan bekerja ia bertanya, “Dok, adakah orang yang bernasib sama seperti saya, dan tetap bahagia?” Pertanyaan itu menghentak hati. Membuat saya ikut bertanya, ketika ia pulang, dengan siapa ia akan berbagi?

Seorang dokter yang baik selalu ingin pasiennya sembuh. Itu tak terbantahkan. Tapi apakah masalah berhenti setelah sang pasien pulang dari rumah sakit, selamat dari serangkaian peristiwa buruk yang menghempas semangat? Tentu saja tidak. Pasien membutuhkan lingkungan dan tempat berbincang. Pasien membutuhkan tempat berteduh dari kegalauan hati. Karena ada satu hal yang tidak bisa diberikan oleh seorang dokter, perasaan senasib. Baca lebih lanjut

Kematian Mendadak bagi Penonton Piala Dunia 2006(Kompas, 9/6/2006)

oleh M. Yusuf Suseno

Siapkah Anda menghadapi risiko menonton Piala Dunia 2006? Selain merogoh kocek untuk meramaikan pasar taruhan dan rasa kantuk di kantor, Anda juga bisa mendapat bonus kematian mendadak akibat gangguan jantung.

Jangan anggap remeh. Salah satu yang terdata adalah saat kekalahan tak terduga Brasil dari Uruguay di partai final Piala Dunia 1950 yang menggagalkan pesta-pesta kemenangan. Terdapat tiga orang yang mati mendadak setelah bola masuk pada injury time di gawang Brasil. Nah!

Mari kita hitung risiko kematian mendadak untuk diri Anda. Coba pegang pergelangan tangan Anda. Letakkan dua ujung jari tangan tepat di atas nadi. Sudah terasa denyutnya? Baca lebih lanjut

Nyeri Dada = Serangan Jantung ?(Kompas, Jumat 28/4/06-tulisan pertamaku di media..)

oleh M. Yusuf Suseno

Mungkin saat itu Anda tengah menonton final sepak bola piala dunia 2006, atau makan malam bersama seorang klien sangat penting, ketika tiba-tiba Anda merasa sensasi rasa nyeri pada dada. Anda berusaha melupakannya, tetapi ternyata rasa nyeri tersebut makin mengganggu. Saat itu mungkin sekali Anda mulai panik.

Apakah ini serangan jantung? Haruskah saya segera pergi ke UGD? Apa yang harus dilakukan selama perjalanan ke sana? Akankah saya bertahan? Bagaimana kalau rasa nyeri ini sebenarnya bukan apa-apa?

Pertanyaan-pertanyaan di atas mungkin saja menimpa diri kita suatu saat. Dan ternyata cukup sulit bukan menjawabnya? Selain karena kita tidak tahu, tetapi kadang karena kita terlalu takut. Kita tiap sore disuguhi sinetron di televisi, dan di sana kita melihat seorang tokoh jahat menggelepar di akhir episode sambil memegang dadanya, dan tamatlah sinetron itu dengan akhir yang bahagia. Akankah kita tamat seperti sang tokoh jahat di sinetron? Semoga tidak.

Nyeri dada atau chest pain sebenarnya adalah suatu sensasi rasa nyeri pada dada, suatu area antara leher dan perut, yang mengganggu seseorang.

Gejala ini sering menjadi alasan seseorang datang ke ruang UGD rumah sakit. Dan hampir setiap pasien datang dengan segumpal pertanyaan di kepala. Berita baiknya adalah : tidak setiap nyeri dada disebabkan karena serangan jantung.

Penyebab Nyeri Dada
Mengapa begitu? Karena rongga dada memang terdiri atas berbagai organ. Yang paling memakan tempat adalah paru-paru dan saluran napasnya, kemudian jantung, dan tentu saja saluran pencernaan atau dalam istilah medis disebut esofagus, yang menghubungkan kerongkongan dengan lambung kita. Dan jangan lupa, di luar itu terdapat otot, tulang, syaraf serta kulit yang membungkus rongga dada kita. Jadi memang sangat nalar apabila nyeri dada tidak selalu disebabkan oleh penyakit jantung.

Lantas bagaimana membedakan antara satu dengan yang lainnya? Tentu saja hal itu tidak mudah bagi seorang awam. Bahkan dokter pun perlu belajar bertahun-tahun, itu pun tidak selalu menjamin, bahwa ia bisa membedakan sumber penyebab nyeri dada pada pasiennya. Intinya adalah pada menyingkirkan diagnosis banding dari tiap gejala, hingga kita bisa mendapatkan suatu diagnosis yang paling sesuai dengan gejala dan tanda yang ada. Dan karena nyeri dada sebagian besar bersumber dari kelainan dalam dada, maka kita perlu tahu, bagaimana sifat nyeri dada yang terjadi bila masing-masing organ tersebut terganggu.

Cara Kerja Jantung
Jantung adalah organ yang secara normal terletak di dada bagian kiri, dan berfungsi bagaikan tukang pompa darah ke seluruh tubuh. Jantung sendiri juga membutuhkan suplai darah agar bisa bekerja dengan baik. Suplai darah untuk jantung dilakukan oleh pembuluh darah jantung yang disebut arteri koroner. Apabila terdapat kekurangan suplai darah ke salah satu bagian otot jantung, otot yang kekurangan darah tadi akan bereaksi nyeri di dada. teriakan otot jantung yang merasa dizhalimi tercermin dalam reaksi rasa nyeri di dada yang khas.

Nyeri akibat penyempitan maupun pembuntuan arteri koroner bersifat mendadak, terasa seperti mencengkeram, menekan, meremas, ataupun rasa terbakar. Kadang digambarkan seperti ditimpa benda berat, atau layaknya diikat oleh seutas tali di seputar dada. Serangan nyeri yang sangat khas tersebut sering disebut Angina.

Lokasi nyeri biasanya di bagian tengah dan kiri dada, sering dengan penyebaran ke lengan kiri, leher maupun dagu. Lama rasa nyeri bisa berlangsung kurang lebih sepuluh sampai dua puluh menit, dan sering timbul pada saat sedang melakukan aktifitas fisik maupun emosi. Karena kuantitas nyeri yang sangat, sering menimbulkan rasa cemas yang sangat pula. Anda yang pernah mengalami hal ini sebelumnya, mungkin akan lebih tenang. Apalagi bila pernah mendapat obat mujarab dari dokter bernama nitrogliserin atau isosorbid dinitrat. Anda boleh menaruhnya di bawah lidah, sambil duduk menenangkan diri.

Sayangnya ada beberapa kondisi dimana rasa nyeri terus berlanjut hingga lebih dari 20 menit. Hal tersebut menandakan bukan lagi sekadar penyempitan, tetapi telah terjadi penyumbatan arteri koroner yang terus berlanjut. Yang akhirnya menyebabkan terjadinya kerusakan pada otot jantung yang disebut sebagai serangan jantung atau Infark Miokard Akut.

Mari kita lihat diri Anda saat ini. Apakah Anda seorang perokok? Memiliki riwayat darah tinggi atau kencing manis? Anda seorang laki-laki usia lebih dari 40 tahun, berperawakan gemuk dan karena kesibukan kantor jarang berolahraga? Atau Anda wanita yang telah mengalami menopause? Dan ternyata, setelah diingat kembali, ada saudara dekat yang meninggal karena serangan jantung. Kalau salah satu jawabannya adalah ya, ada baiknya mulai berhati-hati. Semua itu adalah faktor-faktor resiko yang menunjang terjadinya serangan jantung.

Apa yang harus dilakukan apabila Anda mendapatkan nyeri dada seperti itu? Apalagi dengan faktor resiko yang memang belum sempat diperbaiki? Pertolongan yang cepat dan tepat dari dokter sangat dibutuhkan pada kondisi seperti ini. Telponlah ambulan, atau segeralah ke Unit Gawat Darurat (UGD) !

Dokter UGD akan melakukan wawancara sembari memeriksa kondisi Anda secara umum. Jangan berburuk sangka dengan menuduh dokter bersikap lambat dengan mewawancarai anda. Perlu Anda ketahui, bahwa hampir 80% diagnosis dapat ditegakkan melalui sebuah wawancara yang baik. Berikut hal-hal yang mungkin ditanyakan oleh dokter Anda.

Pertama, lokasi nyeri dan penyebarannya. Apakah nyeri berada di dada sebelah kiri dengan penyebaran ke leher, lengan kiri atau rahang? Kedua, sifat nyeri. Apakah bersifat seperti diremas-remas, seperti ditimpa beban berat, atau ditusuk-tusuk? Ketiga, lama dan frekuensi nyeri. Nyeri yang bersifat mendadak dan berat serta berlangsung lama biasanya berhubungan dengan kondisi yang cukup serius. Keempat, faktor-faktor yang mempengaruhi rasa nyeri. Apakah nyeri memberat pada aktivitas fisik yang berat seperti berolahraga atau bekerja? Kelima adalah gejala lain yang menyertai nyeri dada. Keluhan penyerta yang dicari adalah adanya batuk, sesak, berdebar-debar, bengkak pada kaki, mual atau muntah.

Setelah itu akan dilakukan rekaman elektrokardiografi (EKG). EKG adalah rekaman dari arus listrik jantung. Rekaman ini akan memberi informasi kepada dokter kondisi secara umum dari jantung Anda.

Sayangnya ada beberapa kondisi kerusakan otot jantung yang tidak terwakili dari EKG. Untuk itu dokter perlu melakukan pemeriksaan laboratorium dari darah Anda, yakni diperiksa suatu enzim yang akan meningkat apabila terjadi kerusakan otot jantung. Enzim itu bernama Troponin dan Creatin Kinase-Myocardial Band (CKMB). Berdasar data itu seharusnya dokter telah bisa menentukan apakah nyeri dada Anda berasal dari gangguan jantung atau tidak. Apabila ya, maka diperlukan konsultasi dengan seorang ahli jantung atau cardiologist.

Pilihan terapi pada penyumbatan arteri koroner yang bersifat akut ada dua. Pertama adalah Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA) atau sering disebut stenting, yakni pelebaran secara mekanik dari pembuluh darah jantung. Kedua, adalah diberikan obat trombolitik. Yakni suatu jenis obat yang bertujuan mencairkan gumpalan darah (trombus) yang menyumbat pembuluh darah jantung. Pilihannya akan disesuaikan dengan kondisi fisik pasien, waktu, keuangan, dan sarana yang terdapat di RS tersebut. Jangan ragu-ragu untuk bertanya pada ahli jantung Anda.

Kadang jika kondisi memaksa, dokter jantung akan memberikan pilihan bedah jantung. Operasi ini disebut coronary artery bypass grafting (CABG). Namun tentu saja diperlukan pemetaan arteri jantung melalui angiografi koroner.

Paru-paru
Organ dalam rongga dada selanjutnya adalah paru-paru. Paru-paru Anda mengisi rongga dada dan berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen dengan udara luar. Karenanya paru-paru cukup rentan mengalami iritasi dan infeksi. Apabila paru-paru mengalami infeksi, walaupun jarang, rasa nyeri bisa saja timbul. Tetapi tidaklah sedahsyat seperti pada serangan jantung.

Nyeri terutama saat batuk, disertai demam tinggi, dan dan terdapat dahak kental yang berwarna kuning kehijauan atau kemerahan seperti karat. Gejala seperti ini menjurus pada keradangan akibat infeksi pada paru-paru yang disebut pneumonia. Sedangkan infeksi pada bronkus atau pipa penyambung dari tenggorokan ke paru-paru disebut bronkitis. Pada kelainan ini dahak yang terbentuk biasanya masih putih dan nyeri terasa seperti adanya lecet di belakang tulang dada bagian tengah.

Paru-paru juga dilapisi oleh selaput tipis yang disebut pleura. Selaput ini berfungsi untuk memisahkan paru-paru dengan dinding dada dan organ lain di dalam rongga dada. Apabila terdapat nyeri dada yang bersifat tajam seperti diiris, bertambah saat bernapas dalam atau batuk, dan hanya menimpa salah satu sisi dada, maka bisa dicurigai terlah terjadi peradangan pada pleura atau pleuritis. Semua kelainan paru di atas seharusnya ditangani oleh dokter.

Silakan menelepon dokter keluarga Anda, tanyakan kapan Anda bisa bertemu. Mungkin diperlukan pemeriksaan foto dada dan konsultasi dengan seorang ahli paru atau pulmonologist untuk penyakit yang telah lanjut.

Pada kondisi lain yang agak jarang, bisa terjadi penyumbatan pembuluh darah di paru atau disebut dengan emboli paru. Sifat nyerinya datang secara mendadak, diikuti oleh penurunan tekanan darah dan sesak. Kondisi ini memang mirip dengan kelainan pembuntuan pembuluh darah pada jantung atau Infark Miokard Akut. Anda tidak perlu pusing memikirkannya. Segeralah ke UGD untuk mendapatkan pertolongan. Semakin cepat semakin baik.

Esofagus
Nyeri dada akibat peradangan esofagus disebut esofagitis. Gejalanya adalah rasa nyeri saat menelan makanan. Bisa juga nyeri terjadi akibat berlebihnya asam lambung, suatu kondisi yang sering disebut gastritis, dimana gejala yang tersering adalah nyeri ulu hati.

Pada beberapa kasus, rasa nyerinya dijalarkan ke bagian dada. Anda bisa mencoba mengurangi rasa nyeri akibat kelainan di atas dengan makan makanan yang lebih lembut, minum susu, maupun minum obat maag yang dijual bebas. Tetapi pada beberapa kondisi, terutama bila nyeri berlangsung lebih dari dua minggu, mungkin sekali diperlukan konsultasi dengan seorang dokter ahli saluran pencernaan atau gastroenterologist. Ia akan memberikan terapi tambahan, dan bila perlu dilakukan pemeriksaan endoskopi atau teropong lambung untuk melihat kelainan pada esofagus atau lambung Anda.

Penyebab Lain
Bagaimana bila nyeri terjadi setelah bekerja terlalu keras, olahraga berat atau terbentur sesuatu? Mungkin sekali nyeri dada Anda tersebut terjadi akibat kelainan pada otot dan tulang dinding dada.

Biasanya nyeri bertambah berat dengan pergerakan atau perubahan posisi tubuh. Anda boleh mencoba mengurangi nyeri tersebut dengan obat anti rasa nyeri yang biasa Anda minum. Tetapi bila nyeri menetap atau bertambah berat, ada baiknya Anda menemui dokter keluarga Anda. Mungkin diperlukan pemeriksaan rontgen dada dan tulang belakang, dan konsultasi pada seorang ahli tulang apabila terdapat kelainan tulang, atau seorang ahli bedah syaraf apabila terdapat syaraf yang tertekan.

Penyebab yang lain adalah kelainan kulit. Sebelumnya mungkin terdapat kelainan di kulit yang berbentuk seperti gelembung dengan dasar kemerahan yang mula-mula terasa pedih. Mungkin itu adalah nyeri akibat infeksi pada kulit akibat virus yang disebut Herpes Zoster. Sayangnya obat anti virus belum dijual secara bebas, tetapi sementara anda menunggu bertemu dengan dokter, Anda boleh mengurangi rasa nyeri dengan obat anti rasa sakit.

Penyebab nyeri dada yang juga cukup sering adalah faktor psikis. Salah satunya adalah serangan mendadak disertai nafas dangkal yang cepat, rasa tertekan di dada, dan mungkin didahului oleh stress emosional yang cukup berat. Apabila penderita masih muda dan tidak ada faktor resiko untuk terjadinya penyakit jantung, sangat mungkin ini adalah suatu kondisi hiperventilasi. Cobalah untuk duduk tenang, atur pernapasan, bila perlu gunakan kantong kertas kosong yang dikenakan secara longgar pada hidung dan mulut. Usahakan untuk bernapas secara perlahan. Apabila tidak berhasil, Anda perlu bertemu dengan dokter sesegera mungkin.

Nah, tidak sulit bukan? Cermati gejalanya, dan pikirkan penyebab yang paling sesuai. Kini Anda bisa menjadi ‘dokter’ untuk diri Anda sendiri. Bila masih ragu-ragu, langkah terbaik adalah luangkan waktu untuk bertemu dokter sungguhan. Apapun hasilnya, minimal Anda mendapatkan tidur yang nyenyak malam nanti. Amin.

http://kompas.com/kompas-cetak/0604/28/kesehatan/2612078.htm