Ada hal-hal yang tak bisa dimengerti. Termasuk hubungan yang tak linier antara tingkat kepercayaan diri seorang dokter, dengan jumlah pasien yang antri di tempat prakteknya. Dan itu terjadi padaku.
Entahlah. Aku sendiri merasa kecil di tengah duniaku. Di Semarang, kota dimana kini aku bekerja di sebuah RS swasta besar, aku bukan apa-apa. I’m nothing.
Sementara itu, selalu tiap Sabtu aku merasa ragu berangkat ke Apotek Aurora di kota Purwokerto, tempat praktekku yang lain. Masuk ke dalam, dan melihat mata para pasien yang berharap padaku. Why they expecting so much from me? Such a silly creature? Bisakah aku mewujudkan harapan kesembuhan mereka yang ditumpukan padaku? Pantaskah seorang Yusuf Suseno ditunggu-tunggu sedemikian?
Bahkan beberapa kali pasien2 bersedia menunggu 4 jam untuk bertemu denganku. Membuatku merasa sangat bersalah.
Terima kasih kepada para pasien, termasuk Ibu sepuh yang datang dari pojok Brebes, hampir 100 km dari tempatku praktek, dan tersenyum untukku.
Matur nuwun sanget… Tanpa Ibu, Yusuf Suseno bukan apa-apa…
Filed under: perjalanan | 1 Comment »