Di Depan Kabah

Di Depan Kabah

Tuhan, kami tahu Engkau ada dimana-mana. Tapi maafkan khilaf kami karena merasa Engkau hanya ada di sini.

Maafkan dosa kami karena merasa lebih dekat denganMu di depan MultazamMu. Padahal kami tahu, Engkau ada dimana-mana..

Maafkan kebodohan kami. Ampuni kesombongan kami karena memilih bertamu ke rumahMu saat tetangga kami bingung membayar hutang, juga saat saudara kami tak punya pekerjaan.

Ampuni ketidakpedulian kami dengan tidur di hotel saat saudara-saudara kami di Suriah berceceran di reruntuhan, dibunuhi pelan-pelan.

“Kan kita capek Tuhan bertamu padaMu, kami butuh istirahat yang nyaman,” alasan kami sambil WA teman kantor, ‘Eh, hotelku cuma selemparan granat lho dari Kabah’

Tuhan, kami tahu Engkau ada dimana-mana. Tapi tolong ampuni hati kami yang sering lupa padaMu.

Ampuni hati kami yang lupa pada kepastian hari kematian kami. Ampuni lupa kami pada setumpuk kain kafan yang telah Kau siapkan di gudang toko dekat Bergota itu.

Ampuni hati kami yang hanya ingat tentang masa depan anak istri, kerja, jenjang karier, tambahan gelar, tagihan pajak, juga saldo bank penuh riba kami..

Jangan kaget ya Tuhan, dan titip ampuni Kami yang pasti lupa padaMu setelah tiba di rumah nanti. Karena selangkah keluar masjidMu pun yang kami pikirkan cuma beragam titipan oleh-oleh yang bisa kami pamerkan.

Tuhan, kami tahu Engkau ada dimana-mana. Tapi kami selalu lupa engkau lebih dekat dari detak nadi leher kami.

Tuhan, ampuni kami..
Ampuni kami..
Ampuni kami..
Ampuni kami yang ternyata masih jauh dariMu di rumahMu..

Tuhan, Aku Lupa

​Tuhan, Aku Lupa

Tuhan, aku lupa. 

Aku lupa kalau hidup ternyata hitungan mundur. Sehari lewat, seminggu entah, sebulan tak terasa. Tahun berganti, tetiba saja menua.

Tiap tarikan napas, kuhabiskan waktu terbatas.
Boleh aku tak memakainya Tuhan? Aku takut kehabisan.

Boleh aku berhenti sebentar saja? Kau tekan tombol pause itu, aku pingin tidur barang sebentar pula.
Tuhan, aku takut waktuku kadaluarsa tiba-tiba. 

Karena aku ternyata masih belum sampai kemana-mana. Masih di sini. Berliat dosa gelimang waktu tersia. 
Tuhan, maafkan aku yang sering lupa. 

Tentang jam hitung mundur yang kita sepakati dulu. Perjanjian di alam tak terperiMu. 
Tuhan, maafkan aku. Aku lupa tak membaca lampirannya. Boleh kita ganti sebagian pasalnya? 
-m.y.s-