YIA

Work like you don’t need the money.
Love like you’ve never been hurt.
Dance like nobody’s watching.
Sing like nobody’s listening.
Live like it’s Heaven on Earth.
Make today be a good day to die.

Kata-kata yang kusadur entah dari mana itu sampai saat ini belum bisa kupraktekkan. Tapi setidaknya aku tengah berusaha menuju ke sana 🙂

Kemarin alhamdulillah aku dapat nomor tiga di Young Investigator Award.

Satu hal yang kupelajari dari momen itu adalah, kepasrahan menerima takdir Allah. Yakin, bahwa apapun yang digariskan pastilah yang terbaik.

Aku sangat berterima kasih pada guru-guru yang telah mendorong dan membimbingku.  Juga teman2 yang telah memberi semangat. Bang Emil, mbakyu2 : Umira, Ika, Evy. Juga Yusuf A.

Allah sesungguhnya sangat menyayangiku.

Ia menyayangi kita semua. Aku yakin itu.

Jakarta lagi

Aku kembali lagi ke Jakarta.

Besok maju Young Investigator Award. Tulis anakku di sms : Bapak harus menang.

Amin. 🙂

Geger Band di Surabaya, Sepotong Kenangan. Viva Rock n Roll!

Malam ini Geger Band, sebuah band perempuan yang dibentuk tahun 1996, main di Balai Pemuda, Surabaya. Formasi mereka kini : Intan(vocalis baru), Dewi(drummer), Hera(gitar), Cynthia(bass), Wiwik(keyboard).

Acara formal semalam berjudul : Kartini Nite. Tapi buatku, ini malam kenangan. Lagu2nya Guns and Roses, Cranberries, semua digeber habis. Ternyata mbakyu-mbakyu di Geger Band masih kuat juga nyanyi. Dari jauh juga masih terlihat cantik. Terutama Mbak Dewi. Meski setelah dekat, terlihat juga keriputnya. 🙂

Aku yakin tidak banyak (atau bahkan nggak ada?) resident dan dokter, yang menyempatkan diri untuk nonton konser music rock seperti ini. Apalagi yang seumuran aku. Tapi, kurasa ini memang sudah nasib . Kata seorang teman, otak kananku terlalu berkembang. Buset dah…

Meski Geger cuma main sebentar, tapi lumayan, bisa ngobatin kangen pada lagu Rock saat aku SMA dan kuliah dulu. Geger Band, maju terus! Viva Rock n Roll! Halah….!

Cardiac Resynchronization Therapy (CRT) untuk Pak Harto(Suara Pembaruan 25/1/08)

oleh dr. M. Yusuf Suseno

Mengapa kondisi mantan Presiden Soeharto memburuk dan mengalami kegagalan fungsi multi organ? Pertanyaan tersebut banyak dilontarkan masyarakat. Berbagai sumber menyebut adanya diabetes mellitus, batu ginjal, gangguan fungsi ginjal, kelainan irama jantung disertai penurunan fungsi pompa jantung, dan adanya riwayat stroke. Semua itu menyumbang terjadinya perburukan status kesehatan Pak Harto. Dan sebagai sebuah organ penentu kehidupan, berkali pula tim dokter menyebut Cardiac Resynchronization Therapy (CRT), sebagai salah satu pilihan untuk memulihkan jantung Pak Harto.

Tim yang beranggotakan para pakar ini berharap dengan CRT, jantung Pak Harto bisa memompa darah lebih efektif, dan ujung-ujungnya bisa memulihkan fungsi organ yang lain. Mengapa jantung Pak Harto membutuhkan CRT? Benarkah CRT seampuh itu? Bagaimana cara kerja CRT di jantung Pak Harto nantinya?

Jantung sebagai sebuah organ vital dalam tubuh terdiri atas empat ruang. Ruang pertama adalah atrium(bilik) kanan, yang berfungsi menerima darah ‘kotor’ dari seluruh tubuh. Darah ini kemudian masuk ke ruang kedua, ventrikel(serambi) kanan, yang memompa darah ke paru-paru. Paru-paru mengisi darah dengan oksigen, mengirimnya ke ruang ketiga, atrium kiri jantung. Atrium kiri memompa darah ’bersih’ melewati sebuah pintu yang disebut katup mitral, menuju ventrikel kiri, ruang terpenting dari jantung. Mengapa disebut terpenting? Karena ventrikel kiri inilah yang bertugas memompa darah, menyalurkannya ke seluruh tubuh, termasuk organ penting seperti ginjal, otak dan paru-paru. Baca lebih lanjut

Kearifan Menyikapi Gizi Buruk(Jawa Pos 5/4/08, setelah 5 bulan menunggu…)

akhirnya… 🙂

oleh M. Yusuf Suseno

Menonton Pak Dahlan Iskan di acara Kick Andy (MetroTV 3/4/08) membuat saya teringat pada sepotong kalimat di buku Tuesday with Morrie-nya Mitch Albom. Morrie, yang saat itu tengah menjelang ajal, seperti juga Pak Dahlan menjadi makin arif dan mempertanyakan banyak hal tentang esensi hidup. Tiap pagi ia bertanya pada diri sendiri, “Inikah hari ajalku? Apakah aku telah melakukan hal-hal yang bermakna dalam hidup? Apakah aku telah menjadi seseorang yang sungguh-sungguh kuinginkan?”

Sayangnya kalimat itu tak berlaku untuk para balita gizi buruk dan orang tuanya di Surabaya. Mereka yang sebagian besar berada pada garis kemiskinan mungkin hanya bisa bertanya. ”Inikah hari ajalku? Apakah aku telah melakukan semua hal yang bisa kupikirkan untuk mempertahankan hidup?” Bagi mereka, kearifan dan kesempurnaan budi pekerti bukan tujuan utama. Perjuangan membebaskan diri dari kemiskinan dan gizi buruk masih harus disemangati.

Semangat ini tercermin dari 7,5 milyar dana anggaran untuk penanggulangan gizi buruk oleh Dinas Kesehatan Pemkot Surabaya.(Jawa Pos 3/4/08) Sebagai respon dari Pemerintah untuk meniadakan balita kurus kering di Surabaya, masyarakat pasti berterima kasih. Begitu besar perhatian Pemerintah pada kasus ini. Hanya saja kita juga perlu ragu, bisakah uang sebesar itu menggairahkan kembali Posyandu? Mungkinkah sebagian dana 7,5 milyar itu membuat Pak Camat dan Lurah lebih waspada? Akankah tujuan akhir memberantas gizi buruk tercapai? Maybe yes, maybe not. Baca lebih lanjut

33 tahun

33 tahun. 33 tahun. apa makna 33 tahun bagiku?
masih menjadi seorang pejalan tidur, kata Morrie..
seharusnya mulai hari ini, urusanku cuma satu : membuat hidupku sesadar-sadarnya, sepenuh2nya. itu saja.

🙂

Pulang

javamap.jpg

Setelah tiga hari keliling Jawa, akhirnya aku pulang. Surabaya-Jakarta-Purwokerto-Jogja-Solo-Surabaya. Hmmh ! Capek tapi puas. Emangnya ngapain aja ? 🙂

At least aku telah melakukan tugasku. Sisanya kuserahkan pada Allah dan semestaNya…