Ada hal-hal tak selalu bisa diceritakan. Termasuk kematian. Ia menelusup di rongga kosong.
Mengiris pelan kewarasan.
Satu per satu teman pergi.
Akankah mati dalam sendiri?
Pertanyaan bodoh. Tapi terngiang.
Benar dirimu di gelap menunggu? Pertanyaan bodoh kedua. Tapi menggema.
Ada rasa rindu pada kampung.
Masa kecil saat berlari mengejar truk tebu tanpa rasa bersalah. Yakin pulang, bahagia karena aku tahu aku ditunggu Ibu di rumah.
Tapi aku tak bisa memeluk Ibu.
Pasien di ruang ICU itu baru saja kutengok. On venti.
Dan aku tahu Izrail ada di sana. Menunggu waktu.
Aku tak ingin ia ikut pulang bersamaku.

Filed under: perjalanan |
Tinggalkan Balasan