
Ada hikmah yang saya dapat dari tanggapan masyarakat di medsos ttg kasus Prof TAP yang dikeluarkan dari keanggotaan IDI.
- Masalah Prof TAP sebenarnya adalah masalah lama, sekitar 5 th-an, antara beliau dg MKEK IDI. Mediasi sudah dilakukan oleh IDI tapi sepertinya kurang ditanggapi Prof TAP. Akhirnya Majelis Kehormatan Etik IDI memberikan rekomendasi di Muktamar kemarin.
- Yang dilakukan IDI adalah memberhentikan Prof TAP dari keanggotaan IDI. Masalah izin praktek adalah hak dan kewajiban Pemerintah. Prof TAP masih bisa bekerja sampai detik ini.
- Masyarakat perlu tahu kalau dunia kedokteran tidak bekerja dengan berdasarkan kesaksian. Tapi berdasar riset ilmiah jumlah banyak dan metode valid. Masih ingat Mas Ponari dengan batunya yang sakti? Banyak orang yang memberi kesaksian kalau sembuh setelah bertemu batu Ponari. Apakah ilmu kedokteran harus mundur sekian dekade karena banyak orang ‘besar’ yang memberi kesaksian pada metode Prof TAP? Lha wong Ivermectin saja yang sudah diteliti ratusan dokter masih belum masuk pedoman terapi karena dianggap penelitiannya tidak valid. Sekali lagi, kesaksian beda dengan penelitian.
- Satu hal yang tidak disadari oleh masyarakat adalah bahwa IDI dan dunia kedokteran ini punya aturan dan kode etik yang agak ‘saklek’ sebenarnya bukan untuk kepentingan dokter. Tapi untuk kepentingan masyarakat, agar mereka mendapat terapi paling ilmiah.
- Banyak cacian dan makian yang ditujukan pada IDI. Bahkan pada para dokter. Ya gpp. Mungkin yang menulis lupa kalau pas mereka sakit dan memakai BPJS dokter tetap memberi layanan dengan baik. Para dokterlah yang berjibaku di ruang isolasi Covid demi menyelamatkan nyawa bahkan hingga harus berujung pada kematian kami sendiri.
- Mencerca IDI dan mendiskreditkan dokter adalah pekerjaan mudah. Yang sulit adalah berterima kasih karena sebenarnya kami sudah berusaha untuk melayani masyarakat Indonesia dengan segala keterbatasan fasilitas yang ada.
- Nasihat saya pada teman2 sejawat dokter adalah : bekerja dan berbuat baiklah karena itu disuruh oleh Tuhanmu.
Akan capek rasanya jika kita berharap dihargai oleh manusia..
Sekian. Tabik.
Filed under: perjalanan |
Tinggalkan Balasan