BENARKAH sepak bola memicu serangan jantung? Bisakah futsal menyebabkan kematian mendadak? Jawabannya tak tergantung apakah Anda pro ISL atau pesaing barunya, Liga Premier Indonesia. Adalah fakta kalau beberapa selebriti Indonesia meninggal sesaat setelah memainkan bola bundar. Aktor Benyamin Sueb, pelawak Basuki, dan beberapa saat lalu artis Adjie Massa’id.
Selain mereka yang amatir, pemain profesional pun tak luput dari bahaya kematian dini akibat bermain bola. Bertahun lalu Eri Irianto dari Persebaya harus dilarikan ke RS saat pertandingan melawan PSIM, dan ia dinyatakan meninggal karena gagal jantung. Lepas dari kontroversi yang ada.
Masih ingat bintang sepakbola Kamerun Marc-Vivien Foe? Ia jatuh di lapangan hijau, dan meninggal mendadak di usia ke-28 saat melawan Colombia dalam semi final Piala Konfederasi tahun 2003. Nasib yang sama juga menimpa Miklos Feher, 24 tahun, stri-ker asal Hungaria di klub Benfica Portugal 7 bulan kemudian.
Ia terjatuh sesaat setelah tersenyum pada wasit yang memberinya kartu kuning. Begitu pula dengan Phil ”Donnell, 35 tahun, kapten tim Motherwell (Skotlandia) tahun 2007. Mereka hanya sebagian kecil dari para atlit muda yang mati mendadak saat bermain bola.
Tapi tak hanya pemain. Pe-nonton sepak bola pun berisiko mengalami kematian mendadak. Salah satu yang terdata adalah saat kekalahan tak terduga Brasil dari Uruguay di partai final Piala Dunia 1950. Terdapat tiga orang yang mati mendadak setelah bola masuk ke gawang Brasil saat injury time. Terakhir, seorang warga Makassar mengalami serangan jantung saat menonton pertandingan Indonesia melawan Filipina di piala AFF lalu.
Bagaimana dengan Anda? Tidakkah Anda juga berisiko mengalami kematian mendadak? Coba pegang pergelangan tangan Anda. Letakkan dua ujung jari tangan tepat di atas nadi. Sudah terasa denyutnya? Sekarang lihat jam dinding, lantas hitung jumlah nadi Anda selama 30 detik. Kalikanlah hasilnya dua kali. Berapa jumlah nadi istirahat Anda dalam satu menit? Berdasar hasil penelitian dokter Xavier Jouven dkk yang dimuat NEJM Mei 2005, bila nadi istirahat seseorang lebih dari 75 kali per menit, terjadi peningkatan risiko relatif sebesar 3,9 kali untuk mengalami kematian mendadak karena serangan jantung.
Penyumbatan Bagaimana dengan faktor risiko kematian mendadak yang lain? Apakah Anda memilikinya? Meski tidak semua kematian mendadak disebabkan serangan jantung, hampir 80 %-nya dipicu oleh penyumbatan pembuluh darah koroner. Terutama pada mereka yang tak lagi muda. Sumbatan tiba-tiba ini menyebabkan penurunan aliran darah, dan otot jantung pun tak lagi mendapat oksigen. Timbullah ketidakstabilan dari sistem listrik jantung yang memicu terjadinya gangguan irama.
Begitu pula jika sudah terdapat kelainan jantung yang lain, seperti pembesaran ruang jantung dan kelainan otot. Pada mereka yang berusia muda seperti pesepakbola Miklos Feher dan Marc Vivien Foe, hypertrophic cardiomyopathy (HCM), suatu kondisi dimana terdapat penebalan otot jantung tak wajar dituding menjadi penyebab utama. Gangguan irama jantung akan selalu membayangi kelainan ini.
Gangguan irama jantung paling fatal adalah kelainan yang disebut ventricular fibrillation (getar ventrikel). Ia bertanggung jawab pada 80 % kematian mendadak. Pada getar ventrikel, otot-otot ventrikel jantung hanya bergetar sangat hebat, tetapi sama sekali tidak memompa. Akibat ketiadaan aliran darah dan oksigen ke otak serta organ-organ penting lain, terjadilah kematian dini yang tak diharapkan.
So, jawaban pertanyaan di awal tulisan ini adalah YA. Sepak bola dan futsal memang bisa menjadi pemicu kematian mendadak dan serangan jantung yang fatal. Di Inggris, dalam penelitian yang berlangsung sepuluh tahun, terdapat 53 pemain sepak bola yang mengalami kematian mendadak, sebagian besar bermain di tingkat amatir. Namun ternyata ancaman ini tak terbatas pada sepak bola saja. Dari statistik, satu dari 15.000 orang yang melakukan jogging akan mengalami kematian mendadak karena kelainan jantung.
Karenanya, deteksi dini kelainan jantung, baik kelainan jantung koroner maupun kelainan otot jantung yang memicu kematian mendadak adalah kunci terpenting. Tes elektrokardiografi(EKG), tes treadmill dan ekhokardiografi adalah modalitas non invasif yang dimiliki dokter, terutama dokter spesialis jantung. Dari data tersebut, dokter akan bisa memberi saran tentang olah raga terbaik yang menyehatkan, bukan membahayakan. Nah, selamat bermain sepak bola, semoga sehat selalu!
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/03/03/138769/Sepak-Bola-dan-Kematian-Mendadak-
Filed under: Artikel termuat di Suara Merdeka |
emang yang berlebih-lebihanitu gak baik buat badan kita. pelajaran penting tuh
Bapak dokter menyediakan masengger untuk pembaca yg mau konsultasi?