Perahu Kertas

Perahu Kertas

Perahu Kertas. Bagiku, buku ini mengingatkanku pada impian-impian masa kecil. Sesuatu yang seringkali kita lupakan. Padahal, seperti kata Keenan, “ Jalan kita mungkin berputar, tapi satu saat, entah kapan, kita pasti punya kesempatan untuk jadi diri kita sendiri.”

Kalimat itu menusukku dalam. Melihat diriku sendiri, terasa ada hal-hal yang hari ini harus aku kompromikan demi kelangsungan hidup. Demi situasi yang disebut : realita. Namun, selalu ada yang tak boleh dilupakan. Bagi Keenan itu adalah impian menjadi pelukis, bagi Kugy itu adalah cita-cita menjadi penulis dongeng. Bagiku, itu adalah cita-cita untuk menolong, memberi inspirasi, membuka  jalan, membagi semangat dan keberanian bermimpi, pada lebih banyak orang.

Perahu Kertas memang tak se‘berat’ novel Dee yang dulu. Ia lebih ‘muda’. Tapi dengan liku-likunya kita diajak berkaca pada labirin cinta yang berkabut. Pusaran energi antara Keenan, Kugy, Remi dan Luhde.

Lantas pada akhirnya, kejujuran hatilah yang menang. Mungkin menyakitkan, namun pada akhirnya lebih menentramkan. Setidaknya, agar kita tak hidup dalam kepalsuan.

Kepalsuan sebuah hubungan. Kepalsuan sebuah karir. Kepalsuan rasa bahagia. Kepalsuan hidup. Bukankah sebagian kita tenggelam di dalamnya?

Here the synopsis..

2 Tanggapan

  1. realita lebih sering menang. makanya ada tulisan or penulis seperti ini untuk mengingatkan betapa tersesatnya orang. toh perut ndak bs kenyang oleh cita-cita.. tp oleh nasi

  2. pernahkah kita merenung kapan kita kan menghadap pencipta kita?dalam renungan itu pasti takkan ada jawabannya. jika kita tak tau kapan akan mengakhiri kehidupan ini, alngkah indahnya jika kita hidup dengan tuntunanNya, dijalanNya dan diliputi kebahagiaanNya. Hidup yang damai, tentram, ikhlas tetapi juga tawkkal dan istiqomah. Hidup yang jujur pada diri sendiri dan orang yang kita cintai. hidup yang berguna untuk sesama. Bukan hidup yang penuh rasa takut, khawatir, amarah dan dendam. Hidup hanya sekali didunia, selebihnya di keabadian. Sekali saja rasakan nikmatnya hidup, nikmatnya nrimo ing pandum, tanpa perlu mengeluh akan kekurangan, tanpa rasa takut terhadap sesama ciptaanNya, tanpa penyesalan kelak di keabadian. Nikmati hidup bersama orang yang kita cintai karena hidup tidak sekedar harta dan tahta, lebih dari itu, hidup adalah perjalanan menuju keabadian bersamaNya. Kapan kita menghadapNya kangmas?

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: