Beberapa hari lalu, aku merasa malu dengan sandal jepitku. Meskipun nyaman dipakai, ternyata ia sudah butut. Lantas masuklah aku ke Ramayana Bontang (swalayan terbesar di sini), kucari sandal baru yang menurutku, tampangnya lebih lumayan. Harganya tentu lebih mahal.
Tiga hari berlalu, ternyata sandal baru itu lebih berat dan permukaan talinya yang ‘keren’ membuat kakiku lecet. Aku jadi mudah capek dengan sandal baru itu.
Sore ini, di depan kamar, entah kenapa mataku jatuh pada mereka berdua, lantas tersirat, bahwa Allah ingin aku berpikir. Lantas belajar untuk menerima takdir.
Mengingatkan pada satu hal, bahwa apa-apa saja yang kita pandang baik, belum tentu baik menurut Allah. Dan apa-apa yang dipandang jelek di sisi manusia, belum tentu jelek di sisi Allah.
Allah Maha Tahu. Kita tak tahu apa-apa.
Filed under: seputar hidupku | Tagged: pilihan |
memilih hal yang kita tidak inginkan memang sulit diterima apalagi pilihan “TAKDIR” tersebut datangnya dari Sang Pencipta…
tapi kita diwajibkan untuk tunduk dan pasrah pada takdir Tuhan, agar kelak nasib baik berpihak pada kita..Kerelaan menerima ketetapan Tuhan menghindarkan kita dari kerugian di hari ini dan masa yang akan datang…..
Hidup itu sendiri pilihan ya kan dok… tinggal kita yang memilih mau happy or sad…^_^
Duh..mas dokter ini tulisan2nya bahasannya sederhana tapi maknanya dalem banget.Inspiratif sekali deh..
betul sekali…kita memang harus selalu belajar mensyukuri apa-apa yang kita peroleh saat ini.
today is a gift, that’s why we call it “present”
*hehe…saya taut, ya blognya…
saya tertarik dengan artikel anda.
sandal anda sekarang bagaimana keadaannya??
dan apa kesan anda setelah memakainya?