Sebelum kucacah jiwaku, kutulis dalam blogku hari ini : aku sedang tidak ingin bercinta. Tapi terasa itu bohong belaka. Aku terdorong dalam lubang. Sekadar bergerak dalam kelam. Karena aku kangen padamu. Kangen yang tak kunjung padam.
Memang sudah jadi takdirku untuk selalu jatuh cinta tiap kali memikirkanmu. Jadi bayangkan, bagaimana payahnya jatuh cinta berkali-kali dalam sehari hanya gara-gara memikirkanmu? Dan sialnya, bukan pada siapa-siapa. Tapi cuma padamu. Cuma padamu kekasihku! Mungkin banyak orang akan bilang kalau aku cuma mengejar bayangan senja. Tapi kau adalah senja yang nyata, dan tiap saat memikirkanmu membuatku sengsara. Aku capek. Aku capek jatuh cinta padamu. Tapi, adakah yang bisa menyelamatkanku?
Saat ini aku lewat di depan kafe tempat pertama kali kita ketemu dulu, dan entah kenapa aku ingin sekali memencet nomormu, mengajakmu jalan-jalan di sore yang pasti akan membuatmu begitu mungil dalam tempias cahya. Sayangnya aku masih ingat sms-mu : mas, sore ini aku mesti menemani anakku. ini hari pertama les inggrisnya. sabar ya…
Lantas berhentilah aku di sini. Duduk di atas jembatan layang, melihat kereta gemuruh di kejauhan…
postingan ini adalah bagian pembuka dari sebuah cerpen yang sudah lama kubuat…
Filed under: cerita pendek | Tagged: Cerpen, Jiwa |
Apa mungkin ini seperti curahan hati yg terpendam??
*dibius dan dibuang jauh2 kelaut*
Curahan hati? 🙂
hadoh….
endingnya kayak gimana tuh?