HARI AIDS Sedunia. Komisi Penanggulangan AIDS(KPA) Nasional berniat melaksanakan Pekan Kondom Nasional 2007 sebagai bagian dari Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2007.
Anda setuju dengan kampanye penggunaan kondom? Atau Anda termasuk penentangnya? Berikut beberapa argumen mengapa saya setuju dengan kampanye kondom.
1. Kondom cukup efektif mencegah penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Ini sudah dibuktikan oleh berbagai penelitian dengan jumlah sample besar di dunia. Anda bisa ketik “condom HIV prevention” di highwire (sebuah search engine ilmiah yang populer) dan melihat berbagai study tentang efektifitas kondom.
WHO, Central for Disease Control di Amerika, dan berbagai organisasi dunia masih meyakini tentang efektifitas kondom untuk pencegahan HIV. Bahasa ilmiah tidak boleh berkata berdasar asumsi. Ia harus berkata dengan fakta. Pernyataan seorang Presiden sekalipun bukanlah bukti ilmiah.
2. Jika ada beberapa penelitian yang pro-kontra, maka lihatlah sample, metode penelitian, berbagai hal yang menunjukkan ‘kekuatan’ penelitian tersebut. Dua penelitian dengan metode yang sama, tetapi penelitian pertama bersample 500 tentu saja masih lebih baik daripada yang bersample 5 bukan?
2. Angka keberhasilan mencegah HIV/AIDS memang tidak 100 %, tapi antara 80-99%(dari berbagai penelitian dan metaanalisa). Itupun jika digunakan dengan benar. Latex condoms effectively prevent pregnancies and most sexually transmitted diseases or infections (STIs), with method-failure rates between 0.5% and 7%, but with user-failure rates between 12% and 70%. Total abstinence presumably has a method-failure rate of zero, but research on periodic abstinence indicates user-failure rates between 26% and 86%.-Health Education & Behavior, Vol. 26, No. 1, 43-54 (1999)-
Anda bisa masuk ke situs WHO dan ketik “condom” untuk mengetahui cara penggunaan yang benar.
3. Sebuah penelitian di New york tahun 1994 menghasilkan data kalau kampanye kondom di sana tidak meningkatkan aktifitas seksual pada remaja.
4. Apakah kampanye kondom=legalisasi perzinahan? Tidak. Beruntunglah buat Anda yang masih merasa bersalah jika berhubungan seks di luar nikah serta tidak melakukannya. Anda patut bersyukur karena Anda masih cukup diberi hidayah oleh Tuhan. Karena saya pun setuju dengan pernyataan bahwa seks di luar nikah atau seks bebas sesungguhnya bukanlah fitrah manusia. Sayangnya, tidak semua orang menyadari hal itu. Dan tidak semua yang menyadari cukup kuat melawan godaan untuk tidak melakukannya. Lantas, akankah kita membiarkan mereka menjadi korban HIV/AIDS?
So, selain usaha untuk berbagi kesadaran dengan berdakwah dan menyeru pada kebaikan, perlu usaha realistis untuk mengurangi penyebaran HIV/AIDS. Kampanye kondom, meski bukan solusi ‘sempurna’ adalah salah satu jembatan sebelum kondisi ideal dimana semua orang mencapai taraf spiritualitas tertinggi tercapai. Karena saat kondisi itu mewujud, dunia tak lagi membutuhkan kondom untuk mencegah perluasan HIV.
Pertanyaannya, akankah kondisi ‘masyarakat madani’ itu tercapai? Tunggu, saya tengah bertanya dan mencari jawabnya…
Filed under: kebijakan dunia kesehatan | Tagged: AIDS, HIV, Kondom |
Aha, akhirnya saya menemukan blogger yang berlatar belakang dokter yang bisa menjelaskannya dengan sangat baik. Makasih pak.. 🙂
Saya juga pernah membaca penelitian ttg efektivitas kondom mencegah PMS, saya juga pernah membaca penelitian ttg kualitas kondom yang kurang baik yg memungkinkan virus HIV bisa nyelusup lewat pori-pori kondom.
Betul, kondom memang tidak ideal. Karena kalau kita bicara idealitas, maka akhlak dan moral-lah yang ideal. Tapi kondom adalah sesuatu yang realistis di level aplikasi lapangan. Menolak kondom dgn alasan-alasan yang tidak relevan dan signifikan, maka itu sama saja membiarkan HIV/AIDS merajalela.
Salam Kenal sebelumnya… 🙂
ah keduluan pak fertob..
[teteup] hindari esek2 sblm nikah/yg berisiko..semoga [ingat] memakai pengaman [kondom] saat ‘menempuh risiko’
kami tunggu jwb brktnya.. 🙂
kondom itu digunakan hanya atas rekomendasi dokter, bukan untuk dikampanyekan untuk umum dong.
#Pyrrho
latar belakang dokter memang punya kemungkinan lebih besar daripada mereka yang berlatar belakang selain dokter dalam hal MENJELASKAN KEGUNAAN KONDOM
TAPI INI JANGAN DIMANFAATKAN UNTUK MELEGALKAN PENGGUNAAN KONDOM PADA KALANGAN LUAS MELALUI KAMPANYE KONDOM!
AIDS ini sudah masalah, jangan ditambah lagi dengan masalah ikutan sebagai dampak adanya KAMPANYE KONDOM
#penulis
*kenapa lagi-lagi yang dijadikan rujukan adalah hasil penelitian di luar?*
tentu pak dokter sudah faham bahwa karakteristik tubuh manusia Indonesia berbeda dengan orang luar sana, termasuk ukuran penisnya!
(baca dan bandingkan tabel anthropometri negara asal penelitian dan Indonesia)
jadi apa hasil penelitian di luar itu relevan untuk orang sini?
#grak
saya sepakat dengan Anda, penggunaan kondom ini harus diawasi, bukan malah digembor-gemborkan lewat kampanye pekan kondom nasional.
TRUS SAYA MAU TANYA KEPADA LSM dan PARA AKTIFIS BAGI-BAGI KONDOM ITU:
Anda dapat kondom itu dari mana asal-muasalnya? Apakah kondom itu tidak ada merek-nya?
* Pyrrho dan dani : thx atas comment-nya
* GraK dan deT : thx juga atas comment-nya. saya cuma bersikap realistis melihat jumlah kasus HIV yang terus bertambah.
ttg penelitian, terus terang saya belum menemukan penelitian tentang kondom di Indonesia. tapi meskipun berbeda, bukan berarti penelitian di luar negeri tak bermakna bukan?
ttg merk kondom, saya tidak ikut mendapat komisi lho 🙂