Perjalanan Dengan Kereta Barang di Surabaya(2)

Di Stasiun Wonokromo aku turun, kereta komuter terus jalan ke selatan. Tak ada tempat duduk. Semua berdiri menunggu sesuatu. Entah apa.
Sekejap dari selatan berjalan pelan kereta minyak. Tangkinya berhenti tepat di depanku.
Aku diam. Dalam pikiranku berkelebat keinginan untuk naik.
Pelan kereta minyak mulai bergerak. Aku memutuskan untuk melakukannya.

Perjalanan dimulai!
Beberapa pasang mata memperhatikan aku heran.
Bagaimanapun aku kelihatan cukup rapi, beransel, yang kalo isi ranselnya tembus pandang pasti akan makin mengundang tanya.
Membawa laptop dan stetoskop, tapi berdiri di antara sambungan kereta minyak, mendengarkan gemuruh suara lokomotif memekakkan telinga.

Angin terus menghembus. Dan disinilah aku. Berjalan menembus kota Surabaya menaiki kereta minyak.

Kereta terus jalan di sela-sela perkampungan, entah menuju kemana.
Di kanan kiriku bertaburan jemuran, kandang ayam, tempat sampah, anak-anak bermain, seorang lelaki menangis, seorang wanita tua tertawa.
Di sebuah stasiun khusus kereta barang di ujung Surabaya utara(aku lupa namanya), ia berhenti.
Aku turun, dan pulang.

Pulang dengan rasa puas karena telah melakukan sesuatu. Sesuatu yang takkan pernah terpikirkan oleh para rekan seprofesiku.  🙂

2 Tanggapan

  1. kok…aneh!maksudnya sesuatu yang takpernah terpikirkan itu apa?

  2. Mungkin kira2 maksud dari “sesuatu yang tak pernah terpikirkan itu”, mas Yusuf udah melakukan observasi perilaku en keadaan masyarakat perkampungan kita. Salut buat mas Yusuf..ga semua dokter (ato semua orang) pernah terpikir untuk melakukan apa yg mas lakukan, lho..

Komentar ditutup.